Biyang Exhibition: Kolektif Perupa Bali Menyambut Hari Ibu
Biyang, merunut dalam bahasa Sansekerta, berarti Ibu atau induk. Dalam kebudayaan Bali sendiri, “Biyang” merupakan sebuah tanda penghormatan terhadap Ibu. Kata “Biyang” inilah yang lantas disepakati oleh 14 seniman lokal Bali yang bersama-sama menggelar ekshibisi kolektif dalam rangka menyambut hari Ibu.
Berangkat dari inspirasi ini, 14 orang perupa muda ini bersama-sama mencoba merespon dalam bentuk banyak karya mengingat bagaimana tiap-tiap mereka memiliki persepsi tersendiri yang mampu membangkitkan sebuah rasa dan membangun ide mengenai kata “Ibu” dalam kepala mereka.
Menurut banyak orang, Ibu mungkin adalah cinta pertama. Namun tak dapat dimungkiri, tidak semua dapat merasakan dinamika kehidupan sosial serupa ketika bicara mengenai figur seorang Ibu dalam hidupnya. Untuk sebagian lain, Ibu juga bisa berarti bumi—pemberi kehidupan bagi siapa pun yang hidup dan tumbuh di dalamnya. Personifikasi akan alam yang diibaratkan dengan sosok “Ibu” tentunya juga memberikan perspektif tersendiri bagi kita semua. Bagi saya pribadi, rasanya konsep “Ibu” ini terlalu luas untuk dijelaskan secara gamblang. Namun ketika akhirnya menghadiri pembukaan Biyang pada Sabtu (10/12) lalu, saya mengerti akan makna “Ibu” yang ternyata memberikan banyak perspektif berbeda bagi tiap-tiap individu yang melihatnya.
Selain memamerkan 14 karya dengan ragam rupa dan media, pembukaan Biyang juga berhasil membuat tiap-tiap undangan yang hadir berdecak kagum dengan penampilan teatrikal dari UKM Kesenian Udayana yang juga mengusung konsep “Ibu” di dalamnya.
Pada ekshibisi kali ini, saya bisa melihat bagaimana keempat belas seniman muda berbakat yang menginisiasi, mencoba membawa dan mengajak serta teman-teman untuk meresapi kembali makna “Ibu” yang kita miliki dalam diri. Lebih dari itu, saya kembali belajar bahwa karya seni merupakan buah pikir tersendiri yang tidak dapat dipisahkan dari tiap-tiap perupanya.
Dalam menyambut hari Ibu tahun ini, satu lagi pameran yang digelar oleh TAT Art Space berhasil membuat kita belajar untuk kembali memaknai diri. Biyang ekshibisi masih akan dibuka untuk publik hingga 23 Desember 2022. Untuk siapa pun yang mungkin belum menyempatkan waktunya untuk melihat langsung pameran ini, saya rasa ini adalah waktu yang tepat untuk mengingatkan diri sekali lagi.